
Awal tahun 2019, beriringan dengan musim penghujan, petani Desa Tambirejo mulai panen raya padi pada MT I. Sebagian besar lahan pertanian yang ada di Desa Tambirejo pada MT I ini banyak yang ditanami padi, ada pula petani yang menanam tanaman horti, seperti bawang merah, sawi, jagung manis dan beberapa tanaman lain. Karena pada musim hujan ini kebutuhan air cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman, baik dari hujan maupun dari irigasi Sidorejo/ Kedung Ombo. Dari Informasi Babinsa Tambirejo Sertu SARONI dan Bhabinkamtibmas Bripka SUSI R, pada panen raya padi kali ini, petani Tambirejo sebagian besar masih menjual hasil panennya dengan sistem tebasan.
Untuk MT 1 tahun ini harga tebasan padi per ¼ ( satu per empat ) bau atau seluas kurang lebih 1,667 m² rata rata adalah Rp.5.500.0000,- ( lima juta lima ratus ribu rupiah ) s.d . Rp. 7.500.000,- ( tujuh juta lima ratus ribu rupiah ) tergantung kualitas padi masing- masing. Untuk saat ini harga gabah kering panen ( HGKP) kisaran Rp. 4.900, – ( empat ribu sembilan ratus rupiah ) per kg. Dengan sistem tebasan ini memang penuh spekulasi karena harga sudah jadi dan bila ada kenaikan harga di pasaran maupun sebaliknya petani tidak bisa minta tambah atau pun dikurangi. Petani sudah terbiasa pada MT 1 tidak membawa pulang hasil panen padinya, karena proses pengeringan yang membutuhkan lokasi dan cuaca yang tak mendukung. Dengan sistem tebasan ini bila mana ada keuntungan tentu yang menerima tengkulak/ penebas. Petani hanya bisa kembali modal dan hasil tersebut biasanya untuk membayar kembali sewa lahannya. Karena kebanyakan petani di Tambirejo lahannya adalah lahan sewa dari tanah kas desa.
Pada panen raya ini para penebas sudah ada yang mencoba menggunakan mesin panen canggih yang membutuhkan sedikit tenaga kerja. Namun lahan yang dilewati mesin panen tersebut jadi rusak, untuk wilayah Tambirejo belum pas untuk digunakan, sehingga petani protes agar menggunakan tenaga manual dan mesin treser/ perontok gabah. Memang dengan menggunakan alat panen canggih lebih efisien waktu dan biaya, namun merugikan pemilik lahan dan para pekerja / buruh panen.
Dalam penjelasan Babinsa dan Bhabinkamtibmas Tambirejo yang selalu terjun ke lapangan, bahwa hasil panen padi di Desa Tambirejo, banyak dikirim penebas ke Cirebon Jawa Barat. Para pedagang dari Cirebon sudah datang ke lokasi panen dengan armadanya, sehingga selesai panen langsung dibawa ke Cirebon. Hanya sebagian kecil yang diterima pedagang lokal. Hal ini membuktikan bahwa Desa Tambirejo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan merupakan salah satu penyuplai lumbung pangan nasional, yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Namun mungkin keuntungan besar dari panen raya padi tersebut bukan warga Grobogan yang menikmati, tapi yang menikmati adalah tengkulak dari provinsi lain. Ya mudah mudahan semua petani dan warga Desa Tambirejo selalu mendapatkan ridha Allah swt, keselamatan dunia dan akherat dicukupi semua kebutuhannya oleh Allah swt. Aamiin.( shp).